Jumat, 13 Desember 2013

Beda antara Ibn al-Jawzi dan Ibn Qayyim al Jawziyyah





( I ) Ingat; beda antara Ibn al Jawzi dan Ibn Qayyim al Jawziyyah, yang pertama ulama besar terkemuka sementara yang kedua seorang yang sesat berakidah tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya)

- 1- Ibn al Jawzi, bernama Jamaluddin Abu al Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Ali al Qurasyi al Baghdadi, dikenal dengan sebutan Ibn al Jawzi; al imam al hafizh al mufassir al ushuliyy al mutakallim. Salah seorang ulama Ahlussunnah terkemuka multidisipliner; ahli hadits (al Hafizh), ahli fiqih (al Faqih), ahli tafsir (al Mufassir), ahli teologi (al Mutakallaim), ahli sejarah (al Mu’arrikh), sufi terkemuka yang zuhud dan wara’. Lahir tahun 510 H, dan wafat pada 7 Ramadlan tahun 597 H.


Di antara karya-karyanya; al Mughni Fi ‘Ilm al Qur’an, Zad al Masir Fi ‘Ilm at Tafsir, al Maudlu’at Fi al Hadits, Musykil ash Shihah, adl Dlu’afa Fi al Hadits, Bustan al Wa’idzin, Shayd al Khathir, Dzamm al Hawa, Laftah al Kabd Ila Nashihah al Walad, Ru’us al Qawarir, Shifat ash Shafwah, Talbis Iblis, al Muntazhim Fi at Tarikh, al Hasan al Bashri, Manaqib Umar ibn Abdil Aziz, al Adzkiya’, al Wafa Fi Fadla’il al Musthafa, Daf’u Syubah at Tasybih Bi Akaff at Tanzih (kitab dengan terjemahan yang ada di hadapan anda ini), taqwim al Lisan, Salwah al Ahzan, dan lainnya.


Lebih lengkap lihat biografi beliau dalam; Siyar A’lam an Nubala’, j. 21, h. 365, Tadzkirah al Huffazh, h. 1097, Wafayat al A’yan, j. 2, h. 321, al Bidayah Wa an Nihayah, j. 31, h. 28, Dzail Thabaqat al Huffazh, j. 1, h. 399, al Kamil Fi at Tarikh, j. 12, h. 171, dan lainnya.


 


- 2 - Ibn Qayyim al Jawziyyah; adalah murid Ibn Taimiyah, banyak mengambil kesesatan-kesesatan dari Ibn Taimiyah, benar-benar telah mengekor setiap jengkalnya kepada gurunya tersebut dalam berbagai masalah ushuliyyah.  


Ia bernama Muhammad ibn Abi Bakr ibn Ayyub az-Zar’i, dikenal dengan nama Ibn Qayyim al-Jawziyyah, lahir tahun 691 hijriyah dan wafat tahun 751 hijriyah. Al-Dzahabi dalam kitab al-Mu’jam al-Mukhtash menuliskan tentang sosok Ibn Qayyim sebagai berikut:


“Ia tertarik dengan disiplin Hadits, matan-matan-nya, dan para perawinya. Ia juga berkecimpung dalam bidang fiqih dan cukup kompeten di dalamnya. Ia juga mendalami ilmu nahwu dan lainnya. Ia telah dipenjarakan beberapa kali karena pengingkarannya terhadap kebolehan melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Nabi Ibrahim. Ia menyibukan diri dengan menulis beberapa karya dan menyebarkan ilmu-ilmunya, hanya saja ia seorang yang suka merasa paling benar dan terlena dengan pendapat-pendapatnya sendiri, hingga ia menjadi seorang yang terlalu berani atau nekad dalam banyak permasalahan” (al-Mu’jam al-Mukhtash).


Imam al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab ad-Durar al-Kaminah menuliskan tentang Ibn Qayyim sebagai berikut:
 
“Ia ditaklukkan oleh rasa cintanya kepada Ibn Taimiyah, hingga tidak sedikitpun ia keluar dari seluruh pendapat Ibn Taimiyah, dan bahkan ia selalu membela setiap pendapat apapun dari Ibn Taimiyah. Ibn Qayyim inilah yang berperan besar dalam menyeleksi dan menyebarluaskan berbagai karya dan ilmu-ilmu Ibn Taimiyah. Ia dengan Ibn Taimiyah bersama-sama telah dipenjarakan di penjara al-Qal’ah, setelah sebelumnya ia dihinakan dan arak keliling di atas unta hingga banyak dipukuli ramai-ramai. Ketika Ibn Taimiyah meninggal dalam penjara, Ibn Qayyim lalu dikeluarkan dari penjara tersebut. Namun demikian Ibn Qayyim masih mendapat beberapa kali hukuman karena perkataan-perkataannya yang ia ambil dari fatwa-fatwa Ibn Taimiyah. Karena itu Ibn Qayyim banyak menerima serangan dari para ulama semasanya, seperti juga para ulama tersebut diserang olehnya” (ad-Durar al-Kâminah Fi A’yan al-Mi’ah ats-Tsaminah ).
 


Sementara Ibn Katsir menuliskan tentang sosok Ibn Qayyim sebagai berikut:


“Ia (Ibn Qayyim) bersikukuh memberikan fatwa tentang masalah talak dengan menguatkan apa yang telah difatwakan oleh Ibn Taimiyah. Tentang masalah talak ini telah terjadi perbincangan dan perdebatan yang sangat luas antara dia dengan pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât); Taqiyuddin as-Subki dan ulama lainnya” (Al-Bidâyah Wa an-Nihâyah, j. 14, j. 235).

Ibn Qayyim adalah sosok yang terlalu optimis dan memiliki gairah yang besar atas dirinya sendiri, yang hal ini secara nyata tergambar dalam gaya karya-karya tulisnya yang nampak selalu memaksakan penjelasan yang sedetail mungkin. Bahkan nampak penjelasan-penjelasan itu seakan dibuat-buatnya. Referensi utama yang ia jadikan rujukan adalah selalu saja perkataan-perkataan Ibn Taimiyah. Bahkan ia banyak mengutak-atik fatwa-fatwa gurunya tersebut karena dalam pandangannya ia memiliki kekuatan untuk itu. Tidak sedikit dari faham-faham ekstrim Ibn Taimiyah yang ia propagandakan dan ia bela, bahkan ia jadikan sebagai dasar argumentasinya. Oleh karena itu telah terjadi perselisihan yang cukup hebat antara Ibn Qayyim dengan pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât); Imam al-Hâfizh Taqiyuddin as-Subki di bulan Rabi’ul Awwal dalam masalah kebolehan membuat perlombaan dengan hadiah tanpa adanya seorang muhallil (orang ke tiga antara dua orang yang melakukan lomba). Ibn Qayyim dalam hal ini mengingkari pendapat Imam as-Subki, hingga ia mendapatkan tekanan dan hukuman saat itu, yang pada akhirnya Ibn Qayyim menarik kembali pendapatnya tersebut.
 
Imam Taqiyuddin al-Hishni (w 829 H), salah seorang ulama terkemuka dalam madzhab asy-Syafi’i; penulis kitab Kifâyah al-Akhyâr, dalam karyanya berjudul Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad sebagai bantahan atas kesesatan Ibn Taimiyah menuliskan sebagai berikut;
 

“Ibn Taimiyah adalah orang yang berpendapat bahwa mengadakan perjalanan untuk ziarah ke makam para Nabi Allah adalah sebagai perbuatan yang haram, dan tidak boleh melakukan qashar shalat karena perjalanan tersebut. Dalam hal ini, Ibn Taimiyah secara terang-terangan menyebutkan haram safar untuk tujuan ziarah ke makam Nabi Ibrahim dan makam Rasulullah. Keyakinannya ini kemudian diikuti oleh muridnya sendiri; yaitu Ibn Qayyim al-Jaiuziyyah az-Zar’i dan Isma’il ibn Katsir as-Syarkuwini. Disebutkan bahwa suatu hari Ibn Qayyim mengadakan perjalan ke al-Quds Palestina. Di Palestina, di hadapan orang banyak ia memberikan nasehat, namun ditengah-tengah nasehatnya ia membicarakan masalah ziarah ke makam para Nabi. Dalam kesimpulannya Ibn Qayyim kemudian berkata: “Karena itu aku katakan bahwa sekarang aku akan langsung pulang dan tidak akan menziarahi al-Khalil (Nabi Ibrahim)”. Kemudian Ibn Qayyim berangkat ke wilayah Tripoli (Nablus Syam), di sana ia kembali membuat majelis nesehat, dan di tengah nasehatnya ia kembali membicarakan masalah ziarah ke makam para Nabi. Dalam kesimpulan pembicaraannya Ibn Qayyim berkata: “Karena itu hendakalah makam Rasulullah jangan diziarahi…!”. Tiba-tiba orang-orang saat itu berdiri hendak memukulinya dan bahkan hendak membunuhnya, namun peristiwa itu dicegah oleh gubernur Nablus saat itu. Karena kejadian ini, kemudian penduduk al-Quds Palestina dan penduduk Nablus menuslikan berita kepada para penduduk Damaskus prihal Ibn Qayyim dalam kesesatannya tersebut. Di Damaskus kemudian Ibn Qayyim dipanggil oleh salah seorang hakim (Qadli) madzhab Maliki. Dalam keadaan terdesak Ibn Qayyim kemudian meminta suaka kepada salah seorang Qadli madzhab Hanbali, yaitu al-Qâdlî Syamsuddin ibn Muslim al-Hanbali. Di hadapannya, Ibn Qayyim kemudian rujuk dari fatwanya di atas, dan menyatakan keislamannya kembali, serta menyatakan taubat dari kesalahan-kesalahannya tersebut. Dari sini Ibn Qayyim kembali dianggap sebagai muslim, darahnya terpelihara dan tidak dijatuhi hukuman. Lalu kemudian Ibn Qayyim dipanggil lagi dengan tuduhan fatwa-fatwa yang menyimpang yang telah ia sampaikan di al-Quds dan Nablus, tapi Ibn Qayyim membantah telah mengatakannya. Namun saat itu terdapat banyak saksi bahwa Ibn Qayyim telah benar-benar mengatakan fatwa-fatwa tersebut. Dari sini kemudian Ibn Qayyim dihukum dan di arak di atas unta, lalu dipenjarakan kembali. Dan ketika kasusnya kembali disidangkan dihadapan al-Qâdlî Syamsuddin al-Maliki, Ibn Qayyim hendak dihukum bunuh. Namun saat itu Ibn Qayyim mengatakan bahwa salah seorang Qadli madzhab Hanbali telah menyatakan keislamannya dan keterpeliharaan darahnya serta diterima taubatnya. Lalu Ibn Qayyim dikembalikan ke penjara hingga datang Qadli madzhab Hanbali dimaksud. Setelah Qadli Hanbali tersebut datang dan diberitakan kepadanya prihal Ibn Qayyim sebenarnya, maka Ibn Qayyim lalu dikeluarkan dari penjara untuk dihukum. Ia kemudian dipukuli dan diarak di atas keledai, setelah itu kemudian kembali dimasukan ke penjara. Dalam peristiwa ini mereka telah mengikat Ibn Qayyim dan Ibn Katsir, kemudian di arak keliling negeri, karena fatwa keduanya -yang nyeleneh- dalam masalah talak” (Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad, h. 122-123).


Ibn Qayyim benar-benar telah mengekor setiap jengkalnya kepada gurunya; yaitu Ibn Taimiyah, dalam berbagai permasalahan. Dalam salah satu karyanya berjudul Badâ-i’ al-Fawâ-id, Ibn Qayyim menuliskan beberapa bait syair berisikan keyakinan tasybîh, yang lalu dengan dusta mengatakan bahwa bait-bait syair tersebut adalah tulisan Imam ad-Daraquthni. Dalam bukunya tersebut Ibn Qayyim menuliskan:


“Janganlah kalian mengingkari bahwa Dia Allah duduk di atas arsy, juga jangan kalian ingkari bahwa Allah mendudukan Nabi Muhammad di atas arsy tersebut bersama-Nya” (Badâ-i’ al-Fawâ-id, j. 4, h. 39-40).


Tulisan Ibn Qayyim ini jelas merupakan kedustaan yang sangat besar. Sesungguhnya Imam ad-Daraquthni adalah salah seorang yang sangat mengagungkan Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari; sebagai Imam Ahlussunnah. Seandainya ad-Daraquthni seorang yang berkeyakinan tasybîh, seperti anggapan Ibn Qayyim, tentu ia akan mengajarkan keyakinan tersebut.

Pada bagian lain dalam kitab yang sama Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa langit lebih utama dari pada bumi, ia menuliskan: ”Mereka yang berpendapat bahwa langit lebih utama dari pada bumi mengatakan: Cukup alasan yang sangat kuat untuk menetapkan bahwa langit lebih utama dari pada bumi adalah karena Allah berada di dalamnya, demikian pula dengan arsy-Nya dan kursi-Nya berada di dalamnya” (Badâ-i’ al-Fawâ-id, h. 24).


Penegasan yang sama diungkapkan pula oleh Ibn al-Qayyim dalam kitab karyanya yang lain berjudul Zâd al-Ma’âd. Dalam pembukaan kitab tersebut dalam menjelaskan langit lebih utama dari bumi mengatakan bahwa bila seandainya langit tidak memiliki keistimewaan apapun kecuali bahwa ia lebih dekat kepada Allah maka cukup hal itu untuk menetapkan bahwa langit lebih utama dari pada bumi.

Syekh Muhammmad Arabi at-Tabban dalam kitab Barâ-ah al-Asy’ariyyîn dalam menanggapi tulisan-tulisan sesat Ibn al-Qayyim di atas berkata:


 

”Orang ini (Ibn al-Qayyim) meyakini seperti apa yang diyakini oleh seluruh orang Islam bahwa seluruh langit yang tujuh lapis, al-Kursi, dan Arsy adalah benda-benda yang notabene makhluk Allah. Orang ini juga tahu bahwa besarnya tujuh lapis langit dibanding dengan besarnya al-Kursi tidak ubahnya hanya mirip batu kerikil dibanding padang yang sangat luas; sebagaimana hal ini telah disebutkan dalam Hadits Nabi. Orang ini juga tahu bahwa al-Kursi yang demikian besarnya jika dibanding dengan besarnya arsy maka al-Kursi tersebut tidak ubahnya hanya mirip batu kerikil dibanding padang yang sangat luas. Anehnya, orang ini pada saat yang sama berkeyakinan persis seperti keyakinan gurunya; yaitu Ibn Taimiyah, bahwa Allah berada di arsy dan juga berada di langit, bahkan keyakinan gurunya tersebut dibela matia-matian layaknya pembelaan seorang yang gila. Orang ini juga berkeyakinan bahwa seluruh teks mutasyâbih, baik dalam al-Qur’an maupun Hadits-Hadits Nabi yang menurut Ahl al-Haq membutuhkan kepada takwil, baginya semua teks tersebut adalah dalam pengertian hakekat, bukan majâz (metafor). Baginya semua teks-teks mutasyâbih tersebut tidak boleh ditakwil” (Barâ-ah al-Asy’ariyyîn, j. 2, h. 259-260).



BACA TERJEMAHAN 
Kitab
DAF'U SYUBAH AT-TASYBIH BI-AKAFF AT-TANZIH
Al-Hafidz Abul Faraj Ibnul al-Jauzi al-Hanbali

DI http://allshared.site90.com/Index.htm

DAN SILAHKAN DUNLUD KITAB ASLINYA DI 

http://www.mediafire.com/?whb05pg0xd5284k

al-Imam al-Alamah al-Hafizh asy-Syaikh Ibn al-Jauzi rahimahullah

al-Imam al-Alamah al-Hafizh asy-Syaikh Ibn al-Jauzi rahimahullah

Nama Lengkap dan Nasabnya

Nama lengkap beliau adalah Jamalludin 'Abdul Faraj 'Abdurrahman ibn 'Ali ibn Muhammad ibn 'Ali al-Qurasyi at-Taimi al-Bakri al-Baghdadi al-Hambali. Nasab beliau sampai kepada Khalifah ar-Rasyidin yang pertama Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Nasab lengkapnya yaitu Jamalludin 'Abdul Faraj 'Abdurrahman ibn 'Ali ibn Muhammad ibn 'Ali ibn 'Ubaidillah ibn 'Abdullah ibn Hammadi ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ja'far ibn 'Abdullah ibn al-Qasim ibn an-Nadr ibn al-Qasim ibn Muhammad ibn 'Abdullah al-Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakar ash-Shiddiq al-Quraysi at-Taimi al-Bakri al-Baghdadi al-Hambali. Beliau diberi gelar Ibn al-Jauzi dinisbatkan kepada kakeknya yang ketujuh yang bernama Ja'far. Kakeknya tersebut terkenal dengan sebutan Ibn al-Jauzi (anak kelapa), karena kelapa yang ia miliki di Wasith, dimana di sana sama sekali tidak ada kelapa selain milik beliau.

Ibn al-Jauzi rahimahullah hidup pada zaman Dinasti Abbasiyah (132-656 H). Beliau lahir di Darbu Habib yang terletak di Baghdad, dan diperselisihkan mengenai tanggal kelahirannya. Ada yang mengatakan beliau lahir pada tahun 507 H, ada pula yang mengatakan pada tahun 509 H atau tahun 510 H. Pendapat yang paling tepat adalah beliau dilahirkan sesudah tahun 510 H.

Pada muqadimah dalam beberapa karyanya, dikatakan bahwa beliau mulai menulis kitab pada tahun 527 H, saat berumur 17 tahun. Juga sebagaimana dinukilkan dari dirinya sendiri, pada bagian akhir Kitab Tarikh Baghdad karya Ibn an-Najar, "Aku tidak bisa memastikan tahun kelahiranku, hanya saja ayahku meninggal pada tahun 514 H. Sementara ibuku mengatakan bahwa umurku pada saat itu adalah 3 tahun." Berdasarkan tulisan itu, tahun kelahirannya adalah 511 H atau 1117 M.

Keluarganya adalah pedagang tembaga, karena itu didapati beberapa nama kuno-nya yang terkenal adalah 'Abdurrahman ibn 'Ali al-Jauzi ash-Shafar.

Saat ayahnya meninggal lalu beliau diasuh oleh bibinya (dari pihak ayah). Ketika beliau mulai tumbuh, bibinya membawa beliau kepada al-Hafizh Abu al-Fadhl ibn Nashir, lalu beliau belajar kepadanya. Dari Ibn Nashir, beliau mendapat seluruh perhatian dan pendidikan yang baik, hingga Ibn Nashir memperdengarkan hadits kepadanya.

Sejak masa kanak-kanaknya, Ibn al-Jauzi hidup dengan wara', taqwa, dan zuhud. Beliau juga tidak suka berkumpul dengan orang banyak, karena khawatir waktunya terbuang sia-sia dan menghindari terjadinya kesalahan. Dengan demikian, dia telah menjaga diri, ruh, dan waktunya.

al-Imam Ibn Katsir berkomentar, "Saat masih kecil, beliau (Ibn al-Jauzi) adalah orang yang taat beragama dan menutup diri, tidak suka bergaul dengan seorang pun, tidak memakan suatu yang mengandung syubhat, tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk shalat berjama'ah, dan tidak bermain-main dengan anak-anak lainnya."

Ciri-Ciri Fisik

Ibn al-Jauzi rahimahullah memiliki perawakan yang lembut, tabiat yang manis, suara yang merdu dan gerakan yang teratur, beliau tidak pernah menyia-nyiakan waktu sedikit pun, sehingga beliau dapat menulis empat buku setiap hari.

Ujian dalam Kehidupannya

Ibn al-Jauzi rahimahullah mendapat ujian di akhir umurnya. Hal itu disebabkan karena suatu peristiwa. Saat pemerintahan menteri Ibn Yunus al-Hambali telah diadakan pembubaran majelis ar-Rukn 'Abdussalam ibn 'Abdul Wahhab ibn 'Abdul Qadir al-Kili, dan kitab-kitabnya pun dibakar. Di dalam kitab-kitab tersebut terdapat banyak ajaran atheisme, penyembahan kepada bintang-bintang, dan berbagai pendapat orang-orang terdahulu. Itu dilakukan di hadapan Ibn al-Jauzi dan para 'Ulama lainnya. Sang menteri menyita sebuah madrasah milik kakek 'Abdussaalam dan menyerahkannya kepada Ibn al-Jauzi.

Tatkala Ibn al-Qashshab menjabat sebagai menteri -sedang dia adalah seorang penganut Syi'ah Rafidhah- dia berusaha menangkap Ibn Yunus dan mengejar teman-temannya. ar-Rukn berkata, "Apa tindakanmu terhadap Ibn al-Jauzi? Sesungguhnya dia adalah penentangku dan termasuk anak Abu Bakar, dialah sahabat Ibn Yunus yang paling dekat. Ibn Yunus telah memberinya madrasah milik kakekku dan kitab-kitab kakekku juga dibakar atas saran Ibn al-Jauzi."

Kemudian Ibn al-Qashshab menulis surat kepada Khalifah an-Nashir -yang memiliki kecenderungan kepada Syi'ah-. Ibn al-Qashshab bermaksud menyakiti Ibn al-Jauzi dan memerintahkan agar dia diserahkan kepada ar-Rukn 'Abdussalam.

an-Nashir pun datang ke rumah Ibn al-Jauzi, lalu memaki-maki, menghina, menyegel rumah, dan mencerai-beraikan keluarga beliau. Kemudian beliau dimasukkan ke dalam kapal menuju tempat bernama Wasith. Di sana beliau ditahan di dalam suatu ruangan. Kondisi itu beliau jalani selama lima tahun dan pada saat itu beliau masih beraktifitas seperti biasa. Beliau tetap mencuci pakaiannya dan memasak.

Ujian dengan berbagai jenisnya, kesabaran dalam menghadapinya, dan terus berdiri tegar menghadapi kebathilan, kedzaliman dan thaghud, semuanya merupakan bentuk kegigihan para 'Ulama dan para Mujahid yang ikhlas.

Wafatnya

Imam Ibn al-Jauzi rahimahullah wafat pada tengah malam Jum'at, 13 Ramadhan 597 H di Baghdad, mendekati 90 tahun dari usianya. Jenazah beliau dimandikan pada waktu sahur. Penduduk Baghdad pun berkumpul dan memikul jenasah beliau di atas kepala mereka. Jumlah mereka amat banyak, sampai-sampai jenasah tiba di lubang kuburnya pada waktu shalat Jum'at, saat muadzin tengah mengucapkan, "Allahu akbar". Beliau dimakamkan di Bab Harb, dekat makam Imam Ahmad ibn Hanbali rahimahullah.

Karya-Karyanya

Beliau memiliki peran dalam semua bidang ilmu, beliau adalah seorang yang sangat menonjol dalam bidang tafsir, memiliki gelar al-Hafizh dalam bidang hadits, termasuk 'Ulama yang sangat luas dalam bidang sejarah, bahkan beliau memiliki satu buku dalam bidang kedokteran yang diberi nama Kitab al-Luqath.

Ibn Rajab meriwayatkan dari al-Qathi'i dalam kitab tariknya, bahwa telah terbukti karya tulis yang dibuat oleh Ibn al-Jauzi dengan tulisan tangannya mencapai kira-kira 199 judul buku.

Karya-karya Ibn al-Jauzi rahimahullah, antara lain: Talqih Fuhum Ahl al-atsar fi Mukhtashar al-Sayr wa al-Akhbar, al-Adzkiya' wa Akhbaruhum, al-Mawdhu'at, Manaqib Umar ibn 'Abd al-Aziz, Ruh al-Arwah, Syudzur al-Uqud fi Tarikh al-Uhud (manuskrip), Zad al-Masir fi Tafsir, al-Muntazhim fi Tarikh al-Muluk wa al-Umam (enam jilid), al-Dzahab al-Masbuk fi Sayr al-Muluk (manuskrip), al-Humuqa wa al-Mughfilin, al-Wafa fi Fadhail al-Musthafa, Manaqib Umar ibn al-Khaththab, Manaqib Ahmad ibn Hanbal, Gharib al-Hadits, al-Tahqiq. Dan banyak lagi karya lain beliau dalam berbagai disiplin ilmu.

Para Guru dan Murid-murid Ibn al-Jauzi

Ibn al-Jauzi telah mengarang satu buku khusus mengenai para gurunya. Di dalamnya beliau menyebutkan sekitar 80 orang syaikh. Pada pendahuluan buku tersebut, beliau menyebutkan perhatian beliau dalam memilih para guru yang paling unggul dan paling paham. Beliau berkata, "Syaikh kami, Ibn Nashir membawaku kepada beberapa syaikh, di waktu aku masih kecil. Ia memperdengarkan kepadaku hadits-hadits 'Ali, menegaskan bahwa aku telah mendengar hadits-hadits tersebut dengan bukti tertulis darinya, dan memintakan ijazah-ijazah dari mereka untukku. Tatkala aku telah paham tentang menuntut ilmu, aku tetap berguru kepada beberapa syaikh yang paling pandai dan mengutamakan para guru periwayatan hadits yang paling paham. cita-citaku saat itu adalah memperbaiki semangatku, bukan memperbanyak jumlahnya."

Di antara guru beliau adalah:
1. Abu Bakar Muhammad ibn 'Abdul Baqi ibn Muhammad ibn 'Abdullah ibn 'Abdurrahman ibn ar-Rabi ibn Tsabit.
2. Abu Bakar Muhammad ibn al-Hasan ibn 'Ali ibn Ibrahim, yang terkenal dengan nama al-Muzarra'i.
3. Abu al-Hasan 'Ali ibn 'Abdul Wahid ad-Dinawari.
4. Abu al-Fath 'Abdul Malik ibn Abi al-Qasim al-Karukhi.
5. Abu Sa'ad Ahmad ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn 'Ali al-Baghdadi.

Beberapa Muridnya
1. al-Hafizh 'Abdul Ghani 'Abdul Wahid ibn 'Ali ibn Surur.
2. Yusuf ibn Farghali ibn 'Abdullah Abu al-Muzhaffar al-Wa'izh.
3. Ahmad ibn 'Abdul Da'im ibn Ni'mah, al-Katib al-Muhaddits.

Pujian 'Ulama terhadap Beliau

Para 'Ulama merasa takjub terhadap kepribadian dan usaha kerasnya yang hebat, sehingga mereka memuji dan menyanjungnya.

Ibn Khalliqan berkata, "Sesungguhnya beliau merupakan simbol pada masanya sekaligus imam dalam bidang hadits dan nasihat. Beliau mengarang dalam banyak bidang ilmu." Lalu Ibn Khaliqan menyebutkan beberapa karangan Ibn al-Jauzi dan melanjutkan, "Secara garis besar, kitab-kitab karyanya hampir tidak terhitung. Beliau telah menulis tentang banyak hal dengan goresan penanya, hingga orang-orang memberikan komentar secara berlebihan dalam hal itu dengan mengatakan, 'Sesungguhnya jika kitab atau buku yang telah ditulisnya dikumpulkan dan lama umur beliau dihitung, lalu jumlah buku hasil tulisannya dibagi dengan umur beliau, maka hasilnya tidak kurang dari sembilan buku yang beliau tulis dalam sehari'."

adz-Dzahabi berkomentar dalam at-Tarikh al-Kabir, "Menurut kami, Ibn al-Jauzi tidak digelari sebagai seorang hafizh hadits berdasarkan keahliannya menghafal hadits, tapi didasarkan banyaknya ilmu yang dia miliki dan karya yang dia tulis."

al-Hafiz ad-Dubaisi meriwayatkan dari Ibn al-Jauzi, "Beliau termasuk orang yang paling mahir dalam berbicara, urutan pembicaraannya paling tertata rapi, paling enak bahasanya, paling bagus dalam memberikan penjelasan, dan diberikan keberkahan pada usia dan amalnya. Beliau meriwayatkan dari banyak 'Ulama, dan masyarakat mendengar pelajaran dari beliau selama lebih dari empat puluh tahun, serta beberapa kali beliau membicarakan karya-karyanya."

Ibn Katsir berkata, "Ibn al-Jauzi memiliki keistimewaan tersendiri dalam tehnik memberikan nasihat yang belum pernah disamai oleh seorang pun dan ambisinya dalam bidang ini belum ada yang menyamainya; juga dalam metodenya, bicaranya, kemanisan untaian kalimatnya, kemanjuran nasihatnya, kedalaman pembahasannya mengenai makna-makna yang indah, pendekatan yang beliau lakukan terhadap hal-hal
asing dan perkara-perkara indrawi yang bisa dilihat melalui ungkapan yang ringkas lagi cepat dipahami dan dimengerti, dimana beliau menggabungkan banyak makna dalam satu kalimat ringkas."

Demikian biografi singkat dari al-Imam al-Alamah al-Hafizh asy-Syaikh Ibn al-Jauzi. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala meridhai beliau dan menempatkan beliau pada kedudukan yang tinggi di sisi Rabbnya. Amiin.

* Untuk memperdalam lagi wawasan tentang biografi Ibn al-Jauzi, silahkan lihat:
- Dzail Thabaqaat al-Hanaabilah karya Ibn Rajab [I/399-433]
- Tadzkirah al-Huffaazh karya adz-Dzahabi [1342]
- al-Bidaayah wa an-Nihaayah [13/28-30]
- Thabaqaat al-Mufassiriin karya as-Suyuthi [50]






TUHAN WAHABI BERAMBUT KERITING SANGAT

 Ibnu Taimiyyah Beraliran Mujassimah

بسم الله والصلوات على رسول الله

Dalam

الكتاب: بيان تلبيس الجهمية في تأسيس بدعهم الكلامية

المؤلف: تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي (المتوفى: 728ه
Yg masyhur dg nama IBNU TAIMIYYAH
terdapat pembahasan panjang lebar mengenai Alloh Ta’ala bisa dilihat bahkan dia menshohihkan sebuah hadits

كما في الحديث الصحيح المرفوع عن قتادة عن عكرمة عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي في صورة شاب أمرد له وفرة جعد قطط في روضة خضراء

Saya terjemahkan: Seperti dalam hadits shohich marfu’ dari qotadah dari ‘ikrimah dari ibnu ‘abbas berkata : Rosululloh SAW bersabda: Aku telah melihat ROBBKU dalam bentuk seorang pemuda amrod (belum tumbuh jenggotnya) , DIA (ROBBku) memiliki rambut yg sangat keriting (saya melihatNYA) dalam sebuah taman yg hijau

Demikianlah Ibnu Taimiyah menshohkan hadits ini dalam juz 7 hal 290

Sekarang apakah kalian masih mempercayai Ibnu Taimiyah
Atau masih menolak bahwa dia ibnu taimiyah beraliran Mujassimah /menjisimkan Alloh ta’ala
Dan maukah anda punya TUHAN seperti penampilan Saibaba dari india (Dajjal) ke 37 yg berambut keriting sangat

Tidak lupa saya sertakan screenshoot redaksi kitab tersebut, bagi yg punya silahkan buka juz 7 hal 290



Masihkah antum menjadikan Ibnu Taimiyyah sebagai panutan
Semoga tulisan ini sedikit memberi masukan, bahwa Ibnu Taimiyyah bukanlah ulama yg suci yg harus diikuti dalam semua hal

Ketika saya menulis di facebook mereka menanyakan dari mana kata pemuda berambut keriting, maka saya sertakan keterangan ini

رأيت ربي في صورة شاب أمرد له وفرة جعد قطط في روضة خضراء

Ini haditsnya

saya pisah2 beserta translit dan tarkib

ROAITU ; AKU SUDAH MELIHAT
ROBBI; TUHANKU
FISHUROTI SYAABBIN; DALAM BENTUK RUPA PEMUDA
AMRODA; YG MASIH KLIMIS BELUM BERJENGGOT
LAHU; PADANYA/DIA MEMILIKI
WAFROTU JA'DIN;BANYAKNYA RAMBUT YG KERITING
QOTHOTHIN; IYA RAMBUT KRITING

Qhothothin sebagai taukid karena maknanya sama dg ja'dun



Rowi hadits Semuanya dengan jalan sanad yang berujung pada Hammad bin Salamah dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas
Padahal Hadis ini maudhu’ dengan sanad yang dhaif dan matan yang mungkar. Hadis ini mengandung illat

* Hammad bin Salamah, ia tidak tsabit riwayatnya dari Qatadah. Dia walaupun disebutkan sebagai perawi yang tsiqah oleh para ulama, dia juga sering salah karena kekacauan pada hafalannya sebagaimana yang disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 14 dan At Taqrib 1/238. Disebutkan dalam Syarh Ilal Tirmidzi 2/164 yang dinukil dari Imam Muslim bahwa Hammad bin Salamah banyak melakukan kesalahan dalam riwayatnya dari Qatadah. Oleh karena itu hadis Hammad bin Salamah dari Qatadah ini tidak bisa dijadikan hujjah apalagi jika menyendiri dan lafaznya mungkar


* Tadlis Qatadah, Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam Thabaqat Al Mudallisin no 92 sebagai mudallis martabat ketiga, dimana Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada martabat ketiga hadis perawi mudallis tidak dapat diterima kecuali ia menyebutkan penyimakannya dengan jelas. Dalam Tahrir At Taqrib no 5518 juga disebutkan bahwa hadis Qatadah lemah kecuali ia menyebutkan sama’ nya dengan jelas. Dalam hadis ini Qatadah meriwayatkan dengan ‘an ‘anah sehingga hadis ini lemah

Kelemahan sanad hadisnya ditambah dengan matan yang mungkar sudah cukup untuk menyatakan hadis ini maudhu’ sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal no 15. Kemungkaran hadis ini juga tidak diragukan lagi bahkan diakui oleh Baihaqi dan Adz Dzahabi dalam As Siyaar. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab Tarikh Baghdad 13/55 menyatakan hadis ini maudhu’




Wallohu a’lam

Kang Jey
Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=466114550165985&id=100003023332201&refid=17

Sabtu, 07 September 2013

BUNGA KREDIT lewat ADIRA FINANCE

Saya mau berbagi pengalaman membeli motor via Adira Finance dan via BAF

Tahun 2009 saya mengambil Jupiter MX dg uang muka hanya 2 jt lewat BAF. Harga MX waktu itu di dealer mataram sakti adalah 16.750.000,-  
karena uang muka 2 jt jadi BAF tinggal membayar ke Mataram Sakti sebesar 14.750.000 (inilah hutang saya pada BAF yaitu 14.750.000).
Cicilannya perbulan yg ditetapkan BAF adalah 619.000 x 35  (saya ambil 3 tahun)
Maka total yg saya bayarkan adalah 21.665.000

Kita hitung bunganya?

21.665.000 - 14.750.000 = 6.915.000

Ya bunganya 6.915.000 selama 35 bln.
Itu berarti 1 bulan bunganya adalah 6.915.000 : 35 = 197.572,-

Jika kita ingin tahu bunganya berapa persen per bulan maka:

197.572 : 14.750.000 x 100 = 1,339 %
atau kita bulatkan menjadi 1,4%

Itulah bunga BAF dg UANG MUKA KECIL yaitu 2 JT.

Nah beberapa hari YG LALU saya ngredit motor secend lewat Adira Finance.



Karena secend maka harganya cuma 7 JT. Saya membayar DP/Uang muka pada pemilik Motor 3,5 JT.
Maka ADIRA tinggal membayar pada pemilik motor sebesar 3,5 JT pula.

Cicilan/angsuran yg ditetapkan oleh Adira (saya ambil 18 bulan saja) adalah 323.000,-
Berapakah yg harus saya bayar?

Kita hitung
323.000 x 18 = 5.814.000

Padahal hutang saya hanya sebesar 3,5 JT.
Berarti bunga selama 18 bln adalah Rp. 2.314.000

Kita hitung berapa PERSENkah bunganya per SATU bulan?
2.314.000 : 3.500.000 x 100 : 18 bulan =  3,673 %


Ya, bunga kredit motor secend di ADIRA FINANCE dg hanya mengambil 18 bulan bunganya PERBULAN adalah 3,67 %   !!


Untung ALCHAMDULILLAAH cuma kredit sedikit, bagaimana jika banyak. Bisa botak ini kepala.


Jumat, 06 September 2013

Apakah Langit Pertama itu?



Sebuah kajian, Mohon dimaafkan jika ada salah. Pemikiran ini tidak menentang pendapat siapapun. Akan tetapi tidak menutup hak untuk ditentang. Silahkan yg ingin menentang dg ilmiah (sifat ke-ilmua-an) dan logis.

Dalam QS 67/3  Tertera

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا

Apakah tibaqon itu kita lihat ayat lain yg menyebut kata dg tulang huruf tho' ba' dan qof yaitu
QS 84/19

 لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ

maka bisa disimpulkan bahwa tibaqon ini adalah "tingkatan" atau Satu di atas yang lain (one above another) yg berarti tidak satu ruang
Kita tahu atas bawah adalah relatif dan yg dipahami; matahari itu jika malam ada dibawah kita , jika siang ada diatas kita
Ini hanya penyebutan saja, padahal bisa jadi bumi sejajar dg matahari
Maka atas bisa diasumsikan semakin jauh dari matahari

Maka dipahami bahwa langit ke 2 adalah tingkatan diluar langit pertama (langit dunya) dari segala arah; atas bawah kanan kiri

dan.. Apakah itu langit dunya (langit pertama) ? kita lihat kelanjutan surat almulk yaitu QS 67/5

 وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ

Apakah mashobicha itu
Mashobiha adalah plural (jamak ; shighot muntahal jumu') dari misbah
kita lihat Annur 35
 اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ

misbach yg adalah penerang,pelita yg bersinar mengeluarkan cahaya/nur pluralnya adalah mashobich
Kita tahu plural itu tidak terhingga atau tidak terhitung, maka kita tidak tahu ada berapa jumlah mashobih







67/5
 وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ




menerangkan bahwa langit dunya yaitu langit terdekat yaitu langit no. 1 adalah langit yg dihiasi mashobich yaitu benda-benda langit yg bercahaya / bernur

Maka selagi ada mashobih itu adalah disebut langit ke 1
Ini mencakup semua galaksi yg kata ilmuwan lebih dari 200 milyar galaxi dan setiap galaxi terdiri dari 200 milyar-an planet dan matahari (mashobih)
Oh iya tata surya kita hanya sebagian kecil dari galaxi bima sakti yaitu sebuah galaxi dari lebih 200 milyar galaxi di langit pertama

dimanakah langit ke dua? maka jawabnya setelah ujung jagad raya bermashobich telah ditempuh maka itulah batas langit pertama dan akan memasuki langit ke 2
Ilmuwan ada yg menyebut diluar jagad raya bermashobich adalah jagad raya "gelap"